BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat, adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani yang disebut philein atau philos yang berarti cinta dan shopia, kebijaksanaan, hikmat atau pengetahuan. Jadi seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Filsafat sering juga disebut falsafah yang berasal dari kata arab falasafah dan orangnya disebut faylasuf. Dalam tradisi Yunani, kata kebijaksanaan digunakan sanagt hati-hati, bahkan sedapat mungkin dihindari, karena orang yang menyatakan bahwa dirinya seorang bijaksana adalah sombong. Orang yang demikian sebenarnya tidak mau mengakui batas kemampuan insani. Kebijaksanaan yang sesungguhnya hanyalah ada pada Tuhan.
Yang mendorong orang untuk berfilsafat barang kali bahwa filsafat muncul karena ketakjuban manusia ( Yunani : Thaumasia ). Ketakjuban itu menyangkut kenyataan seluruhnya, kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran dan kemudian merasa ragu-ragu, dengan berusaha menemukan kepastian yang jelas dan terpilah-pilah, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari betapa lemah dan kecil dirinya bila dibandingkan alam semesta. Kesadaran akan keterbatasan diri mendorong orang menyimpulkan tak terbatasnya sesuatu, ketidakterhinggaan yang membatasi segala sesuatu yang terbatas.
Filsafat adalah ilmu tanpa batas dan universal. Filsafat tidak hanya menyelidiki salah satu segi kenyataan seperti yang dilakukan ilmu pengetahuan lainnya, tetapi berusaha memahami kenyataan ini dalam aspek yang meneluruh, mencari sebab mendasar segala sesuatu. Memahami segala sesuatu hingga akar paling dalam. Ada yang menyatakan bahwa semua orang adalah filsuf, Barang kali benar, mengenai filsafat prailmiah yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari secara spontan yang keluar dari perasaan tanpa dikerjakan dalam pemikiran yang teratur.
Filsafat sejarah terdiri atas tiga unsur yang memang saling berhubungan. Pertama; penelitian yang dilakukan oleh filsafat sejarah bersifat deskriptif; Kedua unsur lainnya berasal dari kedua arti yang dapat diberikan kepada kata sejarah itu senidir, bahwa kata sejarah pertama-tama diperuntukkan bagi proses historis itu sndiri, baru kemudian bagi penulisan proses historis menurut kaidah-kaidah ilmu sejarah.
Filsafat sejarah ciptaan Hegel yang didalamnya terdapat unsur apriori dan aposteriori sejajar dengan filsafat sejarah yang formal dan material. Dalam filsafat sejarah yang formal, Hegel mengembangkan struktur abstrak apriori yang mendasari teorinya mengenai proses sejarah seluruhnya. Dalam filsafat sejarahnya yang meaterial, lewat suatu deskripsi aposteriori mengenai proses sejarah, ia memberi isi konkret kepada struktur abstrak itu ( Ankersmit;1987:24 )
BAB II
SEKILAS TENTANG TOKOH
a. Riwayat Singkat Hegel
George Wilhelm Frederick Hegel ( 1770 – 1831 ) hidup disaat dunia sedang mengalami perubahan yang luar biasa mengejutkan. Berbagai peristiwa penting seperti Revolusi Amerika dan Prancis, Revolusi Industri, Perang Napoleonik, Rekonstrukturisasi kekaisaran Eropa, serta bangkit dan merebaknya semangat nasionalisme yang kesemuanya itu telah banyak memberikan inspirasi bagi Hegel untuk mencari pola berbagai macam makna dan urutan beragam peristiwa kesejarahan.
Hegel lahir di Stutgart pada tanggal 27 Agustus 1770, pada usia 19 tahun ia masuk Seminari, dia menangkap fenomena sosial yang meluas luar biasa akibat bias antusiasme revolusi. Autokrasi telah sedemikian meluas sehingga seolah-olah puncak kemerdekaan telah dicapai oleh masyarakat Prancis saat itu, dan mengantarkan mereka menjadi mzasyarakat yang bebas.
Setelah tamat dari Seminari, Hegel mengalami hidupnya sebagai guru les dari rumah kerumah. Dalam pandangannya sebagainmana kebudayaan/ karakteristik dunia telah dia tawarkan. Dalam Phenomenology ia banyak menyoroti persoalan kebudayaan. Misalnya kristiani Abad pertengahan, Pencerahan, ataupun Teror) itu bisa diikuti oleh kebudayaan yang lain dengan menggunakan logika, sehingga secara pasti dapat diwariskan serta memiliki peranan yang penting bagi yang lainnya. Takm pelak lagi Hegel pun melanjutkan kegiatan lamanya sebagai pengamat (observer) yang sangat ulet dibidang politik kontemporer. Serta menyoroti perkembangannya.
Hegel meninggal dunia secara mengenaskan akibat serangan kolera yang mewabah pada tahun 1831. namun demikian, jelaslah Hegel adalah seorang yang memiliki reputasi yang mencengangkan, sebab nyatanya banyak sudah yang dapat ia sumbangkan untuk filsafat barang kali merupakan ekspresi seluruh rangkaian impian yang akan menjadi titik sentral pandangannya dalam berbagai karya-karyanya yang telah diterbitkan sepanjang perjalanan kesejarahan hidupnya.
Bagi Hegel, sebuah tujuan sejarah bisa dikatakan berhasil manakala kita mampu sepenuhnya mengatur dan mengawasi diri dan masyarakat kita sehingga kita mampu memberikan sebingkai kesadaran dan sebentuk sikap rasional bagi kehidupan kita sebagai sosok pribadi yang menentukan atas kepentingan dan keberlangsungan masyarakat.
b. Karya-karya Hegel
_ Lectures on the Philosophy of History, diterbitkan setelah Hegel meninggal, trans. By J.Sibree, New York. Dover, 1956.
_ Philosophy of Right (1821), yrans. By T.M. Knox, Oxford: Oxford University Press.1967.
· Hegel mengatakan : Setiap apa yang rasional itu real demikian pula setiap apa yang real itu rasional. (“ What is rational is real, and what is real is rational”). Ungkapan setiap yang rasional itu real merupakan pengejawantahan atas kesadaran akal sehat akan keberadaan dirinya didunia, dan :kesadaran” (realized). Ungkapan “setiap yang real itu rasional bahwa untuk mewujudkan kenyataan diperlukan sepenuhnya kejernihan rasionalitas dalam dua kali lipat sense of being, dan juga didalam being yang dihasilkan oleh pemikiran rasional sebelumnya.
_ The Philosophy of History
· Hegel menyamakan perjuangan tesebut sebuah perjalanan seseorang untuk menjadi dewasa, dalam hal kasadaran diri menggapai kebebasan rasa saling menghargai bagi sesama yang lain.
· Hegel mengemukakan tiga “dunia” (worlds)- sebenarnya 3 sudut pandang yang jelas tentang dunia (world-outlook), yaitu apa yang oleh Hegel disebut dengan : Dunia Timur (oriental), Yunani- Roma (Greco-Roman), dan Bangsa Jerman (Germanic).
_ Phenomenologi of Spirit
· Menyorot persoalan kebudayaan dengan menawarkan berbagai pendangan bagaimana kebudayaan / karakteristik dunia (misalnya saja : Kristiani Abad Pertengahan, Pencerahan, ataupun Teror), bisa diikuti oleh kebudayaan yang lain dengan menggunakan logika, sehingga secara pasti dapat diwariskan serta memiliki peranan yang penting bagi yang lainnya.
c. Konsep Pokok atau Pandangan Umum
Untuk mengerti filsafat Hegel itu sendiri, harus diterangkan bentuk filsafatnya. Seluruh sistem Hegel terdiri dari rangkaian-rangkaian dialektis dari tiga tahap, yaitu : Tesis – Antitesis – Sintetis. Contoh : Dari Ada – Tidak ada – menjadi.
Dialektis merupakan suiatu ”irama” yang memerintahkan seluruh pikiran Hegel, Kelemahan filsafat Hegel, anrtara lain bahwa segala sesuatu dicocokkan dengan struktur dialektis ini, dipaksakan untuk menerima bentuk yang sesuai dengan keseluruhan.(H.Hamersma,1990:42)
Hegel memandang sejarah manusia sebagai perwujudan ide yang ilahi yaitu ” yang mutlak” dan setiap bagian atau periode sejarah merupakan suatu langkah terus kearah penyempurnaan ide yang ilahi itu. Demikian segala yang ada pada bagian penmyempurnaan ini mesti ada berbudi dan segala yang ada adalah hasil perkembangan yang akan datang.
Ide ilahi itu diwujudkan dengan kesempurnaan yang tertinggi dalam negara. Manusia menerima segala yang ia butuhkan untuk hidupnya baik negara semata-mata dalam eksistensinya dan esensi serta seperti perhubungan itu manusia harus mengabdi kepada begara seperti instansi yang tertinggi di dunia ini.
Hegel berpendapat pula bahwa itu bukan satu negara saja melainkan ada banyak negara tetapi manusia yang hidup dalam negaranya harus menabdi dan tunduk pada negara itu. Jika saja ada banyak negara dan setia diantara memandang diri seperti instansi yang tertinggi untuk manusia dan anggotanya masing-masing, maka mudah terjadi suatu perselisihan akan paham dan menimbulakn peperangan antara mereka itu. Tetapi untuk menghindarkan semua itu haruslah kaum filsuf membuat aturan-aturan tertentu yang dapat menjamin kedamaian. Hegel menghendaki adanya banyak negara atau nation karena mereka itu adalah kegiatan setiap zaman atas suatu bangsa atau nation yang dipilih yang bertanggung jawab atas perkembangan sejarah dan kebudayaan, suatu bangsa yang bertugas dan berkewajiban mengembangkan sejarah dengan sistem dialektis itu.
Hegel memandang ide-ide itu yaitu mutlak sebagai sebab yang terakhir untuk segala kejadian dan segala realitet. Idelah yang menetapkan dan membentuk setiap yang realitet dalam setiap fase (periode, langkah perkembangan sejarah).
Filsafat menunjukkan bahwa ide maju kearah antitesis yang tidak terbatas; yaitu diantara ide didalamnya kebebasannya, bentuk universalnya, disitulah ia ada untuk dirinya dan bentuk yang berbeda dari introversi abstrak, refleksi pada dirinya sendiri, yang merupakan eksistensi formal, hal seperti itu hanya dimiliki Ruh. Ide universal dengan demikian, ada sebagai totalitas substansial segala sesuatu pada satu sisi, dan sebagai hakikat abstrak kemauan bebas pada sisi yang lain. Refleksi pikiran pada dirinya sendiri merupakan kesadaran diri individual, kutub yang berlawanan ini akibatnya merupakan pembatasan, partikularisasi, bagi ada mutlak universal; yang diberikan untuk Tuhan.
BAB III
Pandangan Hegel Tentang Sejarah
Pandangan Hegel; Filsafat sejarah formal.
Pengertian pokok ialah Budi (Vernunft). Budi aktif dalam dua Bidang :
Budi Roh Obyektif, Budi menguasai hal-hal dalam kenyataan obyektif. Kenyataanitu tidak kacau balau, melainkan memperlihatkan tata tertib dan keteraturan dan oleh karena itu, menaati beberapa kaidah/ prinsip ” rasional”. Sedangkan Roh subyektif (yang berkaitan dengan akal budi subyek yang tahu) / ” Geist fur sich”.
Identifikasi antara Roh obyektif dan subyektif yang berlangsung terus menerus, Hegel memandang sejarah manusia sebagai perwujudan ide yang ilahi yaitu ”yang mutlak” dan setiap bagian /periode sejarah merupakan suatu langkah terus kearah penyempurnaan ide yang Ilahi itu. Demikian segala yang ada bagian penyempurnaan ini mesti ada, budi dan segala yang ada adalah perkembangan yang akan datang.
Filsafat sejarah tidak menggunakan sarana apapun kecuali pertimbangan pemikiran terhadapnya. Sesungguhnya, pemikiran adalah hakiki bagi kemanusiaan. Dalam penginderaan, kesadaran, dan pemikiran; dalam naluri dan kehendak kita, sejauh mereka sungguh-gungguh manusiawi,. Pemikiran merupakan unsur yang tetap. Sekalipun demikian, menuntut pemikiran dalam hubungannya dengan sejarah nampak tidak memuaskan. Dalam ilmu ini, nampak seolah-olah pemikiran harus merendahkan apa yang sudah pasti, pada realitas fakta; bahwa inilah yang merupakan dasar dan pedomannya; seraya Filsafat bermukim didalam wilayah ide yang dihasilkan jiwa, tanpa mengacu pada aktualitas. Mendekati sejarah dengan demikian menawan hati, spekulasi dapat diharapkan untuk menyatakannya sebagai materi yang pasif, dan sejauh ini membiarkannya dalam kebenaran aslinya, dengan memaksanya sesuai dengan ide tirani, dan dengan menguraikannya, sehingga ungkapannya adalah ” a priori”. Namun karena hal itu merupakan urusan sejarah yang secara sederhana menyetujui catatannya tentang apa yang ada maupun yang telah ada, peristiwa aktual maupun transaksi, dan karena hal itu tetap benar bagi karakternya dalam proporsi sebagaimana ia dengan tegas melekat pada datanya. Dalam sebuah filsafat ditemukan proses yang berlaawnan secara diametris dengan yang dimiliki sejarawan. Kontradiksi dan tuntutan tersebut mengakibatkan adadanya sebuah spekulasi yang dijelaskan dan disangkal pula.
Pemikiran yang digunakan Filsafat bagi perenungan Sejarah adalah konsepsi sederhana Rasio; Rasio itu merupakan Penguasa Dunia, dengan demikian, sejarah dunia memberikan proses rasional kepada kita. Keyakinan dan institusi ini merupakan sebuah hipotesis dalam bidang sejarah sebagaimana adanya. Didalam filsafat tidak ada hipotesis, Hal itu dibuktikan dengan pengetahuan spekulatif, tanpa herus menyelidiki hubungan yang ditopang oleh Alam Semesta dengan ada Ilahi, merupakan Substansi, maupun sebagai Kekuatan yang Tidak Terbatas. Disatu pihak, Rasio adalah substansi Alam Semesta, yang melalui dan didalamnya realitas memiliki ada dan subsistensinya. Dilain pihak, ia merupakan Energi yang tidak terbatas dari Alam Semesta, karena rasio bukannya tanpa kekuatan yang tidak mampu menghasilkan sesuatu.
Dalam persperktif sejarah dunia menyajikan taraf atau tahapan perkembangan pokok yang isinya, berupa kesadaran kebebasan. Determinasi yang lebih tepat dari tingkatan ini adalah didalam sifat umumnya, yang logis, sifat konkrit mereka, bagaimanapun bagi filsafat adalah tentang, adanya Ruh alam kehidupan alamiah yang telah kita diskusikan taraf kedua adalah adanya ruh didalam kebebasannya. Tetapi ruh pada awalnya hilang dari kesiapan alam, maka dari itu masih menjadi beban bagi alam sebagai salah satu unsurnya. Tahap ketiga adalah tingginya ruh di luar alam yang masih merupakan bentuk pokok kebebasan dalam kesucian unversalitasnya, kedalam kesadaran pribadi, yang merupakan esensi spiritualnya (Hegel.2003:94).
Bagi Hegel, filsafat sejarah sama dengan sejarah filsafat, karena filsafat dengan jelas menjadi sadar akan identitas akal, der Absolute Geist. Akan tetapi, dalam sejarah, Hegel berpendapat tak ada tempat bagi individual sebagai pendukung sejarah. Mereka hanya alat bagi Absolute Geist. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kehancuran – kehancuran dalam kebudayaan yang telah ada. Misalnya, Roma, Yunani, dan sebagainya. Mereka tangga supaya manusia dapat mengatasi alam dan bebas dari belenggu yang mengikatnya dengan alam semesta.
Kemungkinan ultim sejarah dunia tidak terletak dalam kekuasaan individu, dan tidak juga dalam kekuasaan suatu bangsa, kelas ataupun ras tertentu, melainkan dalam kekuasaan Roh umum. Walaupun kekuasaannya dijalankan dengan bantuan individu-individu, bangsa-bangsa serta ras-ras. Sejarah dunia dipergunakan Roh untuk mencapai kesadaran tentang yang Absolut, tentang hukum dan kebenaran. Sejarah dunia itu berlangsung dibawah pimpinan dan peraturan dari Roh. Apabila cita-cita ini tercapai, kita sudah sampai pada kesudahan dan peruntukan rencana dunia. Roh dengan sempurna telah kembali pada dirinya sendiri ( Bertens. 1988: 107).
BAB IV
PENUTUP
Filsafat sejarah tidak menggunakan sarana apapun kecuali pertimbangan pemikiran terhadapnya. Sesungguhnya, pemikiran adalah hakiki bagi kemanusiaan. Dalam penginderaan, kesadaran, dan pemikiran; dalam naluri dan kehendak kita, sejauh mereka sungguh-gungguh manusiawi,. Pemikiran merupakan unsur yang tetap. Sekalipun demikian, menuntut pemikiran dalam hubungannya dengan sejarah nampak tidak memuaskan. Dalam ilmu ini, nampak seolah-olah pemikiran harus merendahkan apa yang sudah pasti, pada realitas fakta; bahwa inilah yang merupakan dasar dan pedomannya; seraya Filsafat bermukim didalam wilayah ide yang dihasilkan jiwa, tanpa mengacu pada aktualitas.
Hegel memandang sejarah manusia sebagai perwujudan ide yang ilahi yaitu ”yang mutlak” dan setiap bagian /periode sejarah merupakan suatu langkah terus kearah penyempurnaan ide yang Ilahi itu. Demikian segala yang ada bagian penyempurnaan ini mesti ada, budi dan segala yang ada adalah perkembangan yang akan datang. Dalam sejarah, Hegel berpendapat tak ada tempat bagi individual sebagai pendukung sejarah. Mereka hanya alat bagi Absolute Geist.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens.K. 1988. Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia
Hegel, G.W.F. 2003. Filsafat Sejarah. Jogjakarta: Panta Rhei Books
Purnomo, Arif. 2003. Pengantar Memahami Filsafat Sejarah.
Solomon, Robert C dkk. 2003. Sejarah Filsafat. Jogjakarta : Bentang Budaya